Kamis, 06 Juni 2019

Paradje, Bentuk Kearifan lokal Melayu Sanggau di Kalimantan Barat



“Melayu di Kalbar adalah Melayu yang heterogen, dimana dalam Melayu Kalbar terdiri dari banyak suku seperti Suku Bugis,Banjar dan lainnya. Kita sebut mereka Melayu asalkan dalam rumah tangga kesehariannya menggunakan Bahasa Melayu,beragama Islam dan tinggal di Kalimantan Barat.” Firman Muntaco, SH, MH. – Ketua Umum DPP PFKPM (Persatuan Forum Komunikasi Pemuda Melayu)

Melayu adalah salah satu suku yang ada di Indonesia yang memliki sebaran terluas kedua setelah Suku Dayak yang terletak di Kalimantan Barat. Suku Melayu adalah nama yang menunjuk pada suatu kelompok yang ciri utamanya adalah penuturan bahasa Melayu. Suku Melayu bermukim di sebagian besar Malaysia, pesisir timur Sumatera, sekeliling pesisir Kalimantan, Thailand Selatan, serta pulau-pulau kecil yang terbentang sepanjang Selat Malaka dan Selat Karimata. Di Indonesia, jumlah suku Melayu sekitar 15% dari seluruh populasi, yang sebagian besar mendiami propinsi Sumatera Utara, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, dan Kalimantan Barat.

Begitulah kira kira gambaran sekilas tentang Suku Melayu beserta sebaran nya. Nah yang saya akan bahas disini adalah salah satu kearifan lokal Suku Melayu yang disebut sebagai Paradje.

Paradje merupakan tradisi adat yang telah dilakukan masyarakat  Melayu di Sanggau sejak dulu dan masih bertahan hingga sekarang. Tradisi ini bertujuan untuk  menangkal dan menolak bala bencana, serta membersihkan wilayah dari hal-hal yang dianggap dapat membawa kesialan.

Paradje kini  menjadi event budaya dan merupakan agenda tahunan Pemerintah Kabupaten Sanggau dan setiap tahunnya diberi tema yang berbeda beda. Acara berlangsung di halaman Keraton Surya Negara Sanggau, setiap bulan September selama kurang lebih 3 hari. 

Rangkaian acara dimulai dari pawai dengan berjalan kaki dari pusat kota Sanggau menuju Keraton Surya Negara membawa sejumlah benda pusaka, sesaji dan panji keraton, disertai dengan pembacaan doa dan shalawat. Setelah tamu undangan tiba di keraton, berikutnya digelar ritual adat Melayu Sanggau berupa Tolak Ajong, Tolak Ajong  ini melarungkan sesaji dalam miniatur perahu lengkap dengan beragam ubai rampainya.

“Paradje ini agenda rutin dan ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda. Paradje ini menjadi ritual bagi pembersih negeri. Kami mengucapkan terima kasih kepada Kementerian Pariwisata yang selalu memberikan dukungan,” ungkap Pangeran Ratu Surya Negara Sanggau Gusti Arman.

Suasana sakral budaya Melayu pun berlanjut. Ritual pemberian Tepung Tawar pun diberikan bagi para tamu istimewa. Memasuki penyelenggaan ke-10, The Paradje Festival dihadiri oleh para raja domestik hingga mancanegara. Kasultanan Brunei Darussalam dan Keraton Malaysia pun mengirimkan dutanya. Hadir pula raja-raja dari Kerajaan Ketapang, Sekadau, Tayan, juga Landak.

“Beragam suku bangsa berkumpul di Sanggau dan hidup berdampingan secara damai. Kami berharap, keberadaan Paradje Festival ini bisa dimanfaatkan secara ekonomi. Masyarakat harus menggali semua potensi yang dimilikinya agar mendatangkan value,” terangnya lagi.

Kemeriahan Paradje Festival lalu dikuatkan dengan Tarian Penyambutan. Tarian yang memiliki makna penghormatan bagi tamu disajikan Sanggar Segenter Alam. Usai menyerahkan Keris Pusaka Kalimasani, prosesi dilanjutkan Tarian Sesembahan Tapak Sirih. Tarian ini menggambarkan keramahan masyarakat Melayu dengan perlengkapan sirih yang sarat makna.

Pada Festival Paradje kali ini, Keraton Surya Negara Sanggau memberikan bintang gelar kehormatan kekerabatan kepada beberapa tokoh penting dan berjasa di Sanggau.
Di waktu yang sama, salah seorang penerima bintang gelar kehormatan, Surianto, berpesan khususnya kepada generasi muda. Ia mengatakan, “Generasi muda hendaknya mempunyai integritas dan wawasan yang luas agar dapat menjaga budaya, karena  budaya merupakan aset bangsa.”

Tidak hanya pawai dan pemberian bintang gelar penghormatan kekerabatan, festival ini juga semakin meriah dengan diadakannya sejumlah perlombaan di antaranya dendang melayu, hadrah, sampan bidar, pergelaran busana Melayu untuk anak-anak, pangkak gasing, dan zapin, ditambah hiburan yang menghadirkan artis ibukota.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Taman Rekreasi Tlogomas, Wisata Sejarah Tertua Malang

Berbicara tentang wisata, tidak akan pernah ada habisnya. Apalagi jika membahas  mengenai taman rekreasi pasti kita berpikir apa saja ya...