Sabtu, 28 September 2019

Taman Rekreasi Tlogomas, Wisata Sejarah Tertua Malang


Berbicara tentang wisata, tidak akan pernah ada habisnya. Apalagi jika membahas  mengenai taman rekreasi pasti kita berpikir apa saja yang ada di tempat itu dan apa yang menarik dari tempat wisata ini sehingga banyak orang berkunjung.

Taman Rekreasi Tlogomas ini merupakan taman rekreasi tertua di Kota Malang. Tempat wisata ini merupakan salah satu tempat rekreasi keluarga sebelum melanjutkan perjalanan ke lokasi wisata lainnya seperti Taman Rekreasi Sengkaling dan sejumlah lokasi wisata di Kota Batu, karena letak Taman Rekreasi Tlogomas adalah satu jalur menuju Kota Batu. Objek wisata rekreasi  ini mulai dioperasikan pada tahun 1990-an. Lokasinya berada di Jalan Baiduri Pandan, Tlogomas, Kota Malang. Taman rekreasi Tlogomas ini sangat berbeda sekali dengan kebanyakan taman rekreasi lainnya karna taman rekreasi ini lebih menonjolkan miniatur-miniatur yang bersejarah sehingga pengunjung  tidak hanya berwisata akan tetapi mereka juga secara tidak langsung dapat menikmati keindahan di dalamnya dan juga mendapatkan  wawasan mengenai miniatur-miniatur bersejarah.



Begitu menginjakkan kaki di pintu masuk taman, pengunjung akan menjumpai bentuk replika ular naga yang unik. Replika ular naga ini sengaja dibuat seolah-olah menembus lantai hingga lantai tampak pecah. Hal unik tersebut membuat Taman Rekreasi Tlogomas terlihat lebih futuristik dan bisa dibilang memiliki nilai seni tinggi.
Tak hanya itu, kolam renang yang dimiliki Taman Rekreasi Tlogomas ini tampak berbeda dengan kolam renang lainnya di Malang. Air dalam kolam renang ini berasal dari sumber terdekat, tak heran jika airnya selalu tampak jernih. Pengelola menyediakan tiga kolam, yang terdiri dari dua kolam untuk anak-anak dengan kedalaman 40 cm dan 60 cm, dan satu lagi untuk dewasa yang dalamnya mencapai 3,5 meter. Kolam renang ini tak pernah sepi pengunjung, khususnya di hari libur, kolam untuk anak-anak selalu dipadati oleh pengunjung.
Taman Rekreasi Tlogomas ini tak hanya berfungsi sebagai tempat bermain, melainkan juga menjadi tempat belajar bagi anak-anak. Fakta ini terbukti dari miniatur-miniatur beragam ilmu pengetahuan yang ada di salah satu sudut taman rekreasi ini. Mulai dari miniatur bangunan tujuh keajaiban dunia, replika candi-candi di Nusantara, patung tokoh dongeng dunia seperti putri salju dan tokoh fiksi seperti Batman dan Robin, hingga binatang-binatang prasejarah. Tokoh pewayangan seperti Srikandi juga menghiasi taman ini. Keunikan ini menambah daya pikat agar para pengunjung, terutama anak-anak untuk kembali berkunjung ke Taman Rekreasi Tlogomas ini lagi.

Suara alami aliran Sungai Brantas yang bisa didengarkan dari kolam menambah kenyamanan para pengunjung yang ingin mencari suasana khas alam bebas. Belum lagi sejuknya kolam yang beradu dengan rindangnya pepohonan, bakal membuat rileks para pengunjung. Tak heran jika pengunjung dibuat betah berlama-lama bersantai di kolam ini.


Taman Rekreasi ini tidak memiliki waktu libur. Objek wisata ini buka setiap hari dalam satu minggu. Buka pukul 7 pagi dan tutup pukul 04.30 sore. Dan untuk harga tiket masuknya berkisar Rp. 35.000,-.

Kamis, 06 Juni 2019

Paradje, Bentuk Kearifan lokal Melayu Sanggau di Kalimantan Barat



“Melayu di Kalbar adalah Melayu yang heterogen, dimana dalam Melayu Kalbar terdiri dari banyak suku seperti Suku Bugis,Banjar dan lainnya. Kita sebut mereka Melayu asalkan dalam rumah tangga kesehariannya menggunakan Bahasa Melayu,beragama Islam dan tinggal di Kalimantan Barat.” Firman Muntaco, SH, MH. – Ketua Umum DPP PFKPM (Persatuan Forum Komunikasi Pemuda Melayu)

Melayu adalah salah satu suku yang ada di Indonesia yang memliki sebaran terluas kedua setelah Suku Dayak yang terletak di Kalimantan Barat. Suku Melayu adalah nama yang menunjuk pada suatu kelompok yang ciri utamanya adalah penuturan bahasa Melayu. Suku Melayu bermukim di sebagian besar Malaysia, pesisir timur Sumatera, sekeliling pesisir Kalimantan, Thailand Selatan, serta pulau-pulau kecil yang terbentang sepanjang Selat Malaka dan Selat Karimata. Di Indonesia, jumlah suku Melayu sekitar 15% dari seluruh populasi, yang sebagian besar mendiami propinsi Sumatera Utara, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, dan Kalimantan Barat.

Begitulah kira kira gambaran sekilas tentang Suku Melayu beserta sebaran nya. Nah yang saya akan bahas disini adalah salah satu kearifan lokal Suku Melayu yang disebut sebagai Paradje.

Paradje merupakan tradisi adat yang telah dilakukan masyarakat  Melayu di Sanggau sejak dulu dan masih bertahan hingga sekarang. Tradisi ini bertujuan untuk  menangkal dan menolak bala bencana, serta membersihkan wilayah dari hal-hal yang dianggap dapat membawa kesialan.

Paradje kini  menjadi event budaya dan merupakan agenda tahunan Pemerintah Kabupaten Sanggau dan setiap tahunnya diberi tema yang berbeda beda. Acara berlangsung di halaman Keraton Surya Negara Sanggau, setiap bulan September selama kurang lebih 3 hari. 

Rangkaian acara dimulai dari pawai dengan berjalan kaki dari pusat kota Sanggau menuju Keraton Surya Negara membawa sejumlah benda pusaka, sesaji dan panji keraton, disertai dengan pembacaan doa dan shalawat. Setelah tamu undangan tiba di keraton, berikutnya digelar ritual adat Melayu Sanggau berupa Tolak Ajong, Tolak Ajong  ini melarungkan sesaji dalam miniatur perahu lengkap dengan beragam ubai rampainya.

“Paradje ini agenda rutin dan ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda. Paradje ini menjadi ritual bagi pembersih negeri. Kami mengucapkan terima kasih kepada Kementerian Pariwisata yang selalu memberikan dukungan,” ungkap Pangeran Ratu Surya Negara Sanggau Gusti Arman.

Suasana sakral budaya Melayu pun berlanjut. Ritual pemberian Tepung Tawar pun diberikan bagi para tamu istimewa. Memasuki penyelenggaan ke-10, The Paradje Festival dihadiri oleh para raja domestik hingga mancanegara. Kasultanan Brunei Darussalam dan Keraton Malaysia pun mengirimkan dutanya. Hadir pula raja-raja dari Kerajaan Ketapang, Sekadau, Tayan, juga Landak.

“Beragam suku bangsa berkumpul di Sanggau dan hidup berdampingan secara damai. Kami berharap, keberadaan Paradje Festival ini bisa dimanfaatkan secara ekonomi. Masyarakat harus menggali semua potensi yang dimilikinya agar mendatangkan value,” terangnya lagi.

Kemeriahan Paradje Festival lalu dikuatkan dengan Tarian Penyambutan. Tarian yang memiliki makna penghormatan bagi tamu disajikan Sanggar Segenter Alam. Usai menyerahkan Keris Pusaka Kalimasani, prosesi dilanjutkan Tarian Sesembahan Tapak Sirih. Tarian ini menggambarkan keramahan masyarakat Melayu dengan perlengkapan sirih yang sarat makna.

Pada Festival Paradje kali ini, Keraton Surya Negara Sanggau memberikan bintang gelar kehormatan kekerabatan kepada beberapa tokoh penting dan berjasa di Sanggau.
Di waktu yang sama, salah seorang penerima bintang gelar kehormatan, Surianto, berpesan khususnya kepada generasi muda. Ia mengatakan, “Generasi muda hendaknya mempunyai integritas dan wawasan yang luas agar dapat menjaga budaya, karena  budaya merupakan aset bangsa.”

Tidak hanya pawai dan pemberian bintang gelar penghormatan kekerabatan, festival ini juga semakin meriah dengan diadakannya sejumlah perlombaan di antaranya dendang melayu, hadrah, sampan bidar, pergelaran busana Melayu untuk anak-anak, pangkak gasing, dan zapin, ditambah hiburan yang menghadirkan artis ibukota.

Taman Rekreasi Tlogomas, Wisata Sejarah Tertua Malang

Berbicara tentang wisata, tidak akan pernah ada habisnya. Apalagi jika membahas  mengenai taman rekreasi pasti kita berpikir apa saja ya...